Selasa, 18 Desember 2012

KUMPULAN CERITA RAKYAT

-->
ASAL USUL DESA SUNDAN
            Diceritakan di sutu tempat yang hanya terdiri dari sekelompok orang. Sekelompok orang ini melabuhkan kehidupannya di Desa yang pertama kali mereka tempati yang bernama Desa Kota Agung. Keadaan desa ini sangat mengenaskan karena hanya terdiri dari sekelompok orang dan desanya dikelilingi oleh  hutan atau rimba, selain itu juga di desa ini hanya terdiri dari beberapa gubuk sebagai tempat penginapan dari sekelompok orang ini. Setiap harinya mereka bekerja sebagai petani yang biasanya bercocok tanam padi, sayaur-sayuran dan lain-lainya. Desa yang hanya terdiri dari sekelompok orang di pimpin oleh seseorang tokoh yang diberi gelar Kidam . Tokoh inilah yang dijadikan mereka sebagai panutan dalam melakukan segala seuatu yang berkaitan dengan perkembangan desa tersebut.  Tokoh Kidam ini pasangan suami istri yang bernama Bulan dan Bintang.
            Beberapa bulan mereka bertemapat tinggal di tempat tersebut, mereka pun bersepakat untuk hijrah ke suatu tempat hal ini di lakukan  karena mereka merasa tempat yang mereka tempati pertama kali tidak bisa membuat kehidupan menjadi lebih baik. Setelah beberapa hari mereka diperjalanan sampailah mereka di suatu  tempat, dan mereka bersepakat untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat terakhir mereka melabuhkan kehidupannya. Setelah berapa minggu mereka tinggal di tempat tersebut, merekapun berusaha untuk mencari nama dari tempat tersebut, tetapi mereka merasa kesulitan atau kebingungan dalam menetukan sebuah nama dari tempat itu. Pimpianan dari sekelompok orang ini mempunyai ide untuk mencari sebuah nama dari desa itu di daerah Pasundan Jawa Barat. Selain untuk mencari sebuah nama dari desa tersebut pimpian dan beberapa orang dari sekelompok orang tersebut juga beramksud untuk menambah ilmu pengetahuan agar dapat dijadikan sebagai alat untuk menjadikan desa tersebut lebih maju dan berkembang.
            Beberapa hari kemudian sampailah mereka di Daerah Pasundan Jawa Barat. Setelah beberapa minggu mereka  di Daerah tersebut, mereka pun memutuskan untuk kembali ke temapat aslanya. Sepulang dari daerah itu mereka dibekali sebuah Talam Sunda dan sebatang Pohon Beringin. Sesampainya mereka di tempat asalnya merekapun segera menanmakan sebatang pohon beringin itu dengan beralaskan talam sunda , sejak peristiwa itulah tempat ini di beri nama Desa Sundan.
                                                                                                     Karya Lidya S Fratiwi


 
ASAL MULA TERJADINYA DUSUN MUARA SAEH

Berdasarkan cerita rakyat setempat, di zaman dahulu terdapat suatu dusun yang jumlah penduduknya masih sangat sedikit sekali. Adapun dusun ini terletak di dekat perairan yang luas sehingga di kiri kanan dusun ini banyak persawahan yang menghijau. Sebelum menuju dusun ini terlebih dahulu harus melewati dua jembatan, yang satu diantaranya adalah jembatan gantung yang sangat panjang.
Pada waktu itu dusun ini sangat sedikit penduduknya atau penghuninya, tetapi karena dusun ini banyak di kelilingi dusun- dusun lain, sehingga hal ini yang membuat penduduknya makin bertambah terus. Dusun Muara Saeh ini di apit oleh beberapa dusun diantaranya yaitu Beringin, Mesaeh Anyar dan dusun Lubuk Tupak, yang mana dusun Lubuk Tupak ini merupakan dusun sebelum menuju Muara saeh.
Tidak banyak cerita mengenai dusun Muara Saeh ini, hanya saja di dusun ini terdapat Muara yang terbelah dua. Awal mula nama dusun Muara Saeh adalah terbentuk dari dua kata yaitu muara dan saeh. Muara di sini berarti dua aliran, dan saeh di sini adalah air. Hal ini diartikan oleh penduduk dusun Muara Saeh ini sendiri. Jadi Dusun Muara Saeh adalah suatu dusun yang memiliki dua aliran air atau dapat dikatakan juga bahwa air yang ada di sungai itu bercabang dua.
Nama ini dibuat sesuai dengan kesepakatan dari penduduk dusun Muara Saeh ini sendiri. Setelah dilakukan perundingan yang lumayan sulit, akhirnya disepakati bahwa nama dusun yang digunakan adalah Muara Saeh. Sebelum nama itu dibuat, ada sekelompok penduduk desa itu pulang dari sawah dan tanpa sengaja mereka melihat aliran air yang bercabang dua itu tadi.
Sehingga mereka langsung bergegas melapor kepada pemimpin dusun itu yaitu tetua dusun, atau kalau orang-orang dusun itu menyebutnya dengan panggilan Puyang karena pada saat itu orang belum mengenal yang namanya Kades, RT, dan RW. Adapun nama puyang tersebut adalah Amburanmalang. Dusun ini sudah berdiri lebih dari seribu tahun, semakin lama dusun ini semakin bertambah terus penduduknya. Saat ini banyak juga sekolah-sekolah yang sudah dibangun, karena dari tahun ke tahun banyak penduduk dusun ini ingin mengenyam pendidikan yang layak, yang sama dengan orang-orang di luar dusun.
                                                                                                   Karya Eti Saspera

-->


ASAL USUL DESA PUSAR

                                        
Berdasarkan cerita rakyat setempat, pada zaman dahulu kala di sungai ogan desa Pusar kampung I tepatnya di seberang pangkalan orang mandi terdapat air yang berputar-putar lalu masuk ke dalam gua karang di pinggir tebing. Konon kabarnya di atas gua karang itu sering terdengar suara tangisan sebagai petanda ada kabar yang tidak baik akan dating.
            Air yang berputar-putar itu diberi nama oleh warga desa Pusar air pusongan. Di dalam air pusongan itu terdapat kura-kura putih dan buaya putih. Kedua binatang tersebut tidak membahayakan warga. Di atas nya lagi ada sebuah bukit yang namanya bukit katung. Diatas bukit katung terdapat seekor binatang namanya siamang. Konon katanya apabila siamang itu berbunyi itu petanda aka nada warga desa yang akan meninggal dunia. Petanda itu berlaku dimana pun warga desa pusar berada, meskipun ia ada di luar kota ataupun di luar negeri sekalipun kalau ia adalah asli warga desa pusar petanda itu tetap ada.
            Di bukit katung terdapat sebuah lubang atau kawa. Warga desa Pusar sering menyebutnya dengan sebutan Kubang. Kubang merupakan tempat naga berkubang atau mandi, maka dari itu kubang tersebut diberi nama kubang naga. Kono kabarnya kubang naga itu banyak suatu keajaiban. Apabila kita berbicara sembangan ketika sedang berada di kubang tersebut akan terjadi sesuatu yang dapat membahayakan diri kita sendiri.
            Pada masa perperangan dahulu bukit katung dapat dijadikan tempat perlindungan warga desa Pusar dari serangan penjajah, karena bukit katung dapat memberikan berbagai keajaiban.
            Air yang berputar-putar di sungai ogan disebabkan karena adanya suatu tikungan didekat sungai tersebut. Dengan adanya putaran air tersebut maka dinamakan nya lah dengan sebutan Desa Pusar. Sampai sekarang putaran air yang terdapat disungai itu masih ada tetapi putaran airnya tidak terlalu besar seperti dahulu jadi putaran tersebut tidak terlalu tampak.
            Desa Pusar merupakan desa yang sangat luas, karena terdiri dari empat kampung. Desa pusar juga merupakan suatu desa yang sejuk dan nyaman, dekat dengan pasar dan juga banyak penduduk yang tinggal di sana. Penduduk nya juga ramah dan sopan setiap ada pendatang yang mengunjungi desa pusar, penduduk setempat menyambutnya dengan baik.
Adat istiadat yang ada di desa pusar salah satunya yaitu menyembelih kambing hitam dalam suatu pernikahan. Konon ceritanya, setiap laki-laki yang menikah dengan perempuan yang berasal dari desa pusar (asli) harus menyembelih kambing hitam. Hal ini sudah menjadi adat istiadat desa pusar sejak zaman nenek moyang terdahulu.
Menurut kisahnya pada zaman dahulu nenek moyang desa pusar yaitu yang bernama Muhammad Yusuf, memiliki dua adik perempuan. Mereka hidup tentram dan bahagia, sebagai kakak tertua nenek moyang sangat bertanggung jawab dalam mengurus kedua adik perempuannya. Muhammad sangat menyayangi kedua adiknya. Setelah beranjak dewasa kedua adik perempuannya memutuskan untuk menikah. Yang mana calon suami adik perempuannya ini semuanya warga desa lain.
Pada suatu ketika nenek moyang ini ingin menghadiri pernikahan adiknya yang jauh di desa seberang. Kita tahu bahwa zaman dahulu belum ada kendaraan, jadi nenek moyang hadir ke sana dengan berjalan kaki. Setibanya di tempat pernikahan adiknya nenek moyang di usir dan tidak dihargai sama sekali bahkan di caci maki. Maka dari kejadian tersebut membuat nenek moyang desa ini menjadi marah dan bersumpah,”Apabila ada seorang lelaki yang ingin menikah dengan  perempuan yang berasal dari desa pusar (asli) harus memotong kambing hitam di atas kuburanKu,apabila tidak dilaksanakan maka pernikahannya tidak akan bahagia dan keluarga yang menikah itu (istri, suami, anak bahkan cucunya akan mendapat musibah). Musibah ini dapat langsung terjadi setelah menikah beberapa hari atau pun setelah menikah beberapa tahun.
Hingga sekarang sumpah itu menjadi adat istiadat dari desa tersebut. Banyak orang yang tidak percaya akan hal ini sehingga dia melanggar kewajiban yang sudah menjadi tradisi dari desa ini, bahkan ada yang mengatakan bahwa adat ini sama dengan menduakan tuhan. Tapi apa yang terjadi akibat dari ketidak percayaan tersebut membuat orang yang melanggarnya terkena sumpah nenek moyang. Dan setelah kejadian itu membuat orang percaya akan hal tersebut,sampai sekarang adat menyembelih kambing hitam masih menjadi tradisi didesa pusar.

Setelah puyang meninggal dunia, beliau dimakamkan dipekuburan desa pusar yang terletak di kampung satu. Konon berdasarkan cerita warga zaman dahulu, kuburan puyang diberi atap oleh para penduduk setempat. Namun ajaib nya kuburan tersebut terus memanjang bahkan hampir ke pinggir jalan. Warga mengira kuburan puyang memanjang karena diberi atap, oleh sebab itu penduduk membongkar atap tersebut. Setelah kuburan sudah tidak beratap kuburan tersebut tidak lagi memanjang. Dengan adanya kejadian demikian maka dari dulu hingga sekarang kuburan tersebut dijuluki dengan sebutan kuburan puyang panjang. Karena keanehan dan keunikan kejadian itu, cerita tersebut tersebar luas sampai sekarang ini pun kuburan tersebut diketahui oleh banyak orang bahkan warga desa lain mengetahui cerita tentang puyang panjang.
Semua warga desa pusar sangat menghormati puyang panjang mereka menganggap puyang merupakan orang yang pertama kali menempati desa pusar dan menjadi pemimpin desa pusar pada zaman dahulu sehingga desa pusar dapat menjadi desa yang aman dan tentram. Setiap hari penduduk desa setempat selalu membersihkan kuburan puyang panjang dan berziarah ke kuburannya. Setiap warga yang berencana mengadakan pernikahan, acara yasinan, ketika menjelang hari raya, ruwahan, dan lain sebagainya, sebelum acara tersebut terlebih dahulu warga setempat berziarah ke makam puyang panjang. Konon ziarah tersebut merupakan adat desa pusar yang merupakan permohonann izin ketika ingin mengadakan suatu acara atau berbagi kebahagiaan.
                                                                                     Karya Ria Adesti
                                                                                                            







 





2 komentar:

  1. mbak Ria Adesti tolong bener2 di survei mbak keaslian karangan mbak.itu narsum dari siapa ya?

    BalasHapus
  2. narasumbernya para tetua didesa pusar. cerita tersebut memang benar begitu adanya, saya tau itu karna penduduk asli desa pusar.

    BalasHapus