-->
Berdasarkan
cerita rakyat setempat, pada zaman dahulu kala di sungai ogan desa Pusar kampung I tepatnya di seberang pangkalan
orang mandi terdapat air yang berputar-putar lalu masuk ke dalam gua karang di
pinggir tebing. Konon kabarnya di atas gua karang itu sering terdengar suara
tangisan sebagai petanda ada kabar yang tidak baik akan dating.
ASAL
USUL DESA SUNDAN
Diceritakan di sutu tempat yang
hanya terdiri dari sekelompok orang. Sekelompok orang ini melabuhkan
kehidupannya di Desa yang pertama kali mereka tempati yang bernama Desa Kota
Agung. Keadaan desa ini sangat mengenaskan karena hanya terdiri dari sekelompok
orang dan desanya dikelilingi oleh hutan
atau rimba, selain itu juga di desa ini hanya terdiri dari beberapa gubuk sebagai
tempat penginapan dari sekelompok orang ini. Setiap harinya mereka bekerja
sebagai petani yang biasanya bercocok tanam padi, sayaur-sayuran dan
lain-lainya. Desa yang hanya terdiri dari sekelompok orang di pimpin oleh
seseorang tokoh yang diberi gelar Kidam . Tokoh inilah yang dijadikan mereka
sebagai panutan dalam melakukan segala seuatu yang berkaitan dengan
perkembangan desa tersebut. Tokoh Kidam
ini pasangan suami istri yang bernama Bulan dan Bintang.
Beberapa bulan mereka bertemapat
tinggal di tempat tersebut, mereka pun bersepakat untuk hijrah ke suatu tempat
hal ini di lakukan karena mereka merasa
tempat yang mereka tempati pertama kali tidak bisa membuat kehidupan menjadi
lebih baik. Setelah beberapa hari mereka diperjalanan sampailah mereka di
suatu tempat, dan mereka bersepakat
untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat terakhir mereka melabuhkan
kehidupannya. Setelah berapa minggu mereka tinggal di tempat tersebut,
merekapun berusaha untuk mencari nama dari tempat tersebut, tetapi mereka
merasa kesulitan atau kebingungan dalam menetukan sebuah nama dari tempat itu.
Pimpianan dari sekelompok orang ini mempunyai ide untuk mencari sebuah nama
dari desa itu di daerah Pasundan Jawa Barat. Selain untuk mencari sebuah nama
dari desa tersebut pimpian dan beberapa orang dari sekelompok orang tersebut
juga beramksud untuk menambah ilmu pengetahuan agar dapat dijadikan sebagai
alat untuk menjadikan desa tersebut lebih maju dan berkembang.
Beberapa hari kemudian sampailah
mereka di Daerah Pasundan Jawa Barat. Setelah beberapa minggu mereka di Daerah tersebut, mereka pun memutuskan
untuk kembali ke temapat aslanya. Sepulang dari daerah itu mereka dibekali
sebuah Talam Sunda dan sebatang Pohon Beringin. Sesampainya mereka di tempat
asalnya merekapun segera menanmakan sebatang pohon beringin itu dengan
beralaskan talam sunda , sejak peristiwa itulah tempat ini di beri nama Desa
Sundan.
Karya Lidya S Fratiwi
ASAL MULA TERJADINYA DUSUN MUARA SAEH
Berdasarkan cerita rakyat setempat, di zaman dahulu
terdapat suatu dusun yang jumlah penduduknya masih sangat sedikit sekali.
Adapun dusun ini terletak di dekat perairan yang luas sehingga di kiri kanan dusun
ini banyak persawahan yang menghijau. Sebelum menuju dusun ini terlebih dahulu
harus melewati dua jembatan, yang satu diantaranya adalah jembatan gantung yang
sangat panjang.
Pada waktu itu dusun ini sangat sedikit penduduknya atau penghuninya,
tetapi karena dusun ini banyak di kelilingi dusun- dusun lain, sehingga hal ini
yang membuat penduduknya makin bertambah terus. Dusun Muara Saeh ini di apit
oleh beberapa dusun diantaranya yaitu Beringin, Mesaeh Anyar dan dusun Lubuk
Tupak, yang mana dusun Lubuk Tupak ini merupakan dusun sebelum menuju Muara
saeh.
Tidak banyak cerita mengenai dusun Muara Saeh ini, hanya saja di dusun
ini terdapat Muara yang terbelah dua. Awal mula nama dusun Muara Saeh adalah
terbentuk dari dua kata yaitu muara dan saeh. Muara di sini berarti dua aliran,
dan saeh di sini adalah air. Hal ini diartikan oleh penduduk dusun Muara Saeh
ini sendiri. Jadi Dusun Muara Saeh adalah suatu dusun yang memiliki dua aliran
air atau dapat dikatakan juga bahwa air yang ada di sungai itu bercabang dua.
Nama ini dibuat sesuai dengan kesepakatan dari penduduk dusun Muara Saeh
ini sendiri. Setelah dilakukan perundingan yang lumayan sulit, akhirnya
disepakati bahwa nama dusun yang digunakan adalah Muara Saeh. Sebelum nama itu
dibuat, ada sekelompok penduduk desa itu pulang dari sawah dan tanpa sengaja mereka
melihat aliran air yang bercabang dua itu tadi.
Sehingga mereka langsung bergegas melapor kepada pemimpin dusun itu yaitu
tetua dusun, atau kalau orang-orang dusun itu menyebutnya dengan panggilan
Puyang karena pada saat itu orang belum mengenal yang namanya Kades, RT, dan
RW. Adapun nama puyang tersebut adalah Amburanmalang. Dusun ini sudah berdiri
lebih dari seribu tahun, semakin lama dusun ini semakin bertambah terus
penduduknya. Saat ini banyak juga sekolah-sekolah yang sudah dibangun, karena
dari tahun ke tahun banyak penduduk dusun ini ingin mengenyam pendidikan yang
layak, yang sama dengan orang-orang di luar dusun.
Karya Eti Saspera
-->
ASAL USUL DESA
PUSAR
Air
yang berputar-putar itu diberi nama oleh warga desa Pusar air pusongan. Di
dalam air pusongan itu terdapat kura-kura putih dan buaya putih. Kedua binatang
tersebut tidak membahayakan warga. Di atas nya lagi ada sebuah bukit yang
namanya bukit katung. Diatas bukit katung terdapat seekor binatang namanya
siamang. Konon katanya apabila siamang itu berbunyi itu petanda aka nada warga
desa yang akan meninggal dunia. Petanda itu berlaku dimana pun warga desa pusar
berada, meskipun ia ada di luar kota ataupun di luar negeri sekalipun kalau ia
adalah asli warga desa pusar petanda itu tetap ada.
Di
bukit katung terdapat sebuah lubang atau kawa. Warga desa Pusar sering
menyebutnya dengan sebutan Kubang. Kubang merupakan tempat naga berkubang atau
mandi, maka dari itu kubang tersebut diberi nama kubang naga. Kono kabarnya
kubang naga itu banyak suatu keajaiban. Apabila kita berbicara sembangan ketika
sedang berada di kubang tersebut akan terjadi sesuatu yang dapat membahayakan
diri kita sendiri.
Pada
masa perperangan dahulu bukit katung dapat dijadikan tempat perlindungan warga
desa Pusar dari serangan penjajah, karena bukit katung dapat memberikan
berbagai keajaiban.
Air
yang berputar-putar di sungai ogan disebabkan karena adanya suatu tikungan
didekat sungai tersebut. Dengan adanya putaran air tersebut maka dinamakan nya
lah dengan sebutan Desa Pusar. Sampai sekarang putaran air yang terdapat
disungai itu masih ada tetapi putaran airnya tidak terlalu besar seperti dahulu
jadi putaran tersebut tidak terlalu tampak.
Desa
Pusar merupakan desa yang sangat luas, karena terdiri dari empat kampung. Desa
pusar juga merupakan suatu desa yang sejuk dan nyaman, dekat dengan pasar dan
juga banyak penduduk yang tinggal di sana. Penduduk nya juga ramah dan sopan
setiap ada pendatang yang mengunjungi desa pusar, penduduk setempat
menyambutnya dengan baik.
Adat istiadat yang ada
di desa pusar salah satunya yaitu menyembelih kambing hitam dalam suatu
pernikahan. Konon ceritanya, setiap laki-laki yang menikah dengan perempuan
yang berasal dari desa pusar (asli) harus menyembelih kambing hitam. Hal ini
sudah menjadi adat istiadat desa pusar sejak zaman nenek moyang terdahulu.
Menurut kisahnya pada
zaman dahulu nenek moyang desa pusar
yaitu yang bernama Muhammad Yusuf, memiliki
dua adik perempuan. Mereka hidup
tentram dan bahagia, sebagai kakak tertua nenek moyang sangat bertanggung jawab
dalam mengurus kedua adik perempuannya. Muhammad sangat menyayangi kedua
adiknya. Setelah beranjak dewasa kedua adik perempuannya memutuskan untuk
menikah. Yang mana calon
suami adik
perempuannya ini semuanya warga desa lain.
Pada suatu ketika nenek
moyang ini ingin menghadiri pernikahan adiknya yang jauh di desa seberang. Kita
tahu bahwa zaman dahulu belum ada kendaraan, jadi nenek moyang hadir ke sana
dengan berjalan kaki. Setibanya di tempat pernikahan adiknya nenek moyang di
usir dan tidak dihargai sama sekali bahkan di caci maki. Maka dari kejadian
tersebut membuat nenek moyang desa ini menjadi marah dan bersumpah,”Apabila ada
seorang lelaki yang ingin menikah dengan
perempuan yang berasal dari desa pusar (asli) harus memotong kambing
hitam di atas kuburanKu,” apabila tidak dilaksanakan maka
pernikahannya tidak akan bahagia dan keluarga yang menikah itu (istri, suami, anak
bahkan cucunya akan mendapat musibah). Musibah ini dapat langsung terjadi
setelah menikah beberapa hari atau pun setelah menikah beberapa tahun.
Hingga sekarang sumpah
itu menjadi adat istiadat dari desa tersebut. Banyak orang yang tidak percaya
akan hal ini sehingga dia melanggar kewajiban yang sudah menjadi tradisi dari
desa ini, bahkan ada yang mengatakan bahwa adat ini sama dengan menduakan
tuhan. Tapi apa yang terjadi akibat dari ketidak percayaan tersebut membuat
orang yang melanggarnya terkena sumpah nenek moyang. Dan setelah kejadian itu
membuat orang percaya akan hal tersebut,sampai sekarang adat menyembelih
kambing hitam masih menjadi tradisi didesa pusar.
Setelah puyang meninggal dunia, beliau dimakamkan
dipekuburan desa pusar yang terletak di kampung satu. Konon berdasarkan cerita
warga zaman dahulu, kuburan puyang diberi atap oleh para penduduk setempat.
Namun ajaib nya kuburan tersebut terus memanjang bahkan hampir ke pinggir
jalan. Warga mengira kuburan puyang memanjang karena diberi atap, oleh sebab
itu penduduk membongkar atap tersebut. Setelah kuburan sudah tidak beratap
kuburan tersebut tidak lagi memanjang. Dengan adanya kejadian demikian maka
dari dulu hingga sekarang kuburan tersebut dijuluki dengan sebutan kuburan
puyang panjang. Karena keanehan dan keunikan kejadian itu, cerita tersebut
tersebar luas sampai sekarang ini pun kuburan tersebut diketahui oleh banyak
orang bahkan warga desa lain mengetahui cerita tentang puyang panjang.
Semua warga desa pusar sangat menghormati puyang panjang
mereka menganggap puyang merupakan orang yang pertama kali menempati desa pusar
dan menjadi pemimpin desa pusar pada zaman dahulu sehingga desa pusar dapat
menjadi desa yang aman dan tentram. Setiap hari penduduk desa setempat selalu
membersihkan kuburan puyang panjang dan berziarah ke kuburannya. Setiap warga
yang berencana mengadakan pernikahan, acara yasinan, ketika menjelang hari
raya, ruwahan, dan lain sebagainya, sebelum acara tersebut terlebih dahulu
warga setempat berziarah ke makam puyang panjang. Konon ziarah tersebut
merupakan adat desa pusar yang merupakan permohonann izin ketika ingin
mengadakan suatu acara atau berbagi kebahagiaan.
Karya Ria Adesti
mbak Ria Adesti tolong bener2 di survei mbak keaslian karangan mbak.itu narsum dari siapa ya?
BalasHapusnarasumbernya para tetua didesa pusar. cerita tersebut memang benar begitu adanya, saya tau itu karna penduduk asli desa pusar.
BalasHapus